Pages

Kamis, 29 November 2012

"Ekskrusi sosial"

# Kehidupan di Parkir kecil #

Berawal dari pagi yang begitu indah, ditemani dengan aktivitas memasak dan senam pagi. tanpa mandi pagi saya mulai melaksanakan tugas. setelah sarapan pagi saya mulai melakukan kegitan kami, satu persatu kami dipanggil dan diberi tugas yang berbeda dan dilakukan ditempat yang berbeda juga. kegiatan kali ini saya mendapatkan pekerjaan menjadi juru parkir dan lengkap dengan pakaian yang begitu layak menjadi seorang tukang parkir.
Tanpa basa-basi, saya  berangkat dengan tekat dan harapa bisa mendapatkan uang dari pekerjaan saya ini. saya pergi berjalan sendiri menuju Pajak (pasar) dimana saya akan berkerja sebagai juru parkir, pajak yang belum pernah saya  kenal dan kunjungi selama saya berkuliah di Universitas Sriwijaya, nama pajak ini ialah Pasar 26 Ilir bertempat di Kota Palembang kecamatan IB satu.
Sesaat saya mulai berkerja menjadi juru parkir, dan hendak meminta bayaran kepada seorang atas jasa parkirnya, seketika itu pula saya mendapat ancaman dari seorang pemuda, yang merasa lahan parkirnya saya ambil, dengan tenang hati, saya menjelaskan dan sekaligus melobi pemuda tersebut untuk memperbolehkan saya berkerja dilahan parkirnya. Ternyata Pemuda itu malah tambah marah kepada saya, dan ia langsung mengusir saya dari lahan parkir.
Saya pun pergi dan mencari lahan parkir yang lain, dengan tidak mengulangi kesalahan saya tadi, maka dengan rendah hati saya memohon dan meminta izin kepada juru parkir dilahan yang lain, dan lagi-lagi saya ditolak dan dicaci maki, karena saya terlalu memaksa orang tersebut menerima saya menjadi juru parkir ditempat itu. Merasa saya selalu ditolak dilahan parkir motor, saya pun beralih ke lahan parkir mobil dan ternyata dikali ketiganya saya masih saja ditolak dan dicaci maki oleh juru parkir.. Dalam hati ku sangat lah kesal dan mencaci maki mereka atas penghinaan kepada ku, tak tau kah mereka aku ini seorang mahasiswa bukan lah gembel atau orang miskin. tapi saya ingat pesan ketua Presidium ku bahwa lepaskan dulu identitas mu, dan masuk lah kedalam kehidupan sosial dipekerjaan mu itu, kata-kata itu membuat ku bersemagat lagi...:)
Tanpa lelah saya kembali mencoba untuk meminta kepada juru parkir yang lain, agar saya diperbolehkan berkeja membantunya selama 30 menit menjadi juru parkir, dan lagi-lagi saya ditolak, entah sudah berapa banyak juru parkir yang menolak saya. Alasan mereka menolak saya, karna hari ini pengunjung pasar 26 ini sepi, pada hal kenyataannya lumayan rame, saya pun mulai kebingungan karena tidak tau harus kemana lagi saya mencari lahan parkir yang meneri saya berkerja. seketika mata ku tertujuh kepada seorang pemuda yang menjadi juru parkir disana, hati ku berkata dia sepertinya baik dan mungkin bisa menerima saya menjadi juru parkir, dengan ilmu lobi yang saya dapatkan semalam, maka dengan percaya diri saya memperkenalkan diri dan menawarkan diri membantu pemuda itu untuk jadi juru parkir motor satu lahan kecil dipasar 26 ilir, dan pemuda itu menerima saya untuk membantunya. 
sebelum kami berkerja pemuda tersebut, mengatakan " jangan berharap banyak atas pekerjaan ini karena hasilnya tidak lah terlalu banyak" setelah itu kami pun mulai berkerja. Dengan hati yang gembira dan semagat 45 saya berkerja dengan ulet dan teliti dibawah teriknya matahari pagi. sekitar satu jam saya berkerja saya bisa mengumpulkan uang sebesar Rp. 30.000,00, dan parkir pun mulai sepi, melihat hal tersebut seluruh uang yang saya dapatkan saya berikan kepada pemuda tersebut.
Tiba-tiba ada seorang ibu yang berjualan sayuran mengajak saya berbincang-bincang, ibu itu menayakan identitas, asal,dimana saya tinggal dan perkerjaan saya apa, dan lain-lain yang banyak ibu itu tanyakan pada saya. Untuk menutupi identitas saya, maka saya berbohon pada ibu itu, bahwa saya tidak punya keluarga, tempat tinggal, dan berkerja yang tidak tetap, kadang-kadang ngamen, parkir bahkan menjadi pemulung itu yang saya kata kan pada ibu tersebut. Mungkin ibu penjual sayuran tersebut tersentuh mendengar kisah hidup saya, sehingga ibu tersebut menawarkan saya berkerja ditempat saudaranya dan bisa tinggal sementara di rumahny. Mendengar tawaran ibu tersebut, hati ku merasa tersentuh, ternyata masih ada yang peduli dengan orang disampingnya, tapi mengapa hanya segelintir orang dan bukan semua orang atau pun para pejabat mau pun kalangan orang-orang beruang, ini hal yang ku tangkap dan menjadi bahan pedoman ku untuk menjalin hidup ku kedepan nanti.
tiga jam berlalu saya menjadi juru parkir, dengan tambahan uang yang saya dapatkan dan melihat hari mulai siang dan para pengunjung pasar 26 ilir pun sepi. saya memberikan hasil parkir saya kepada pemuda tersebut, dan tanpa saya sadari pemuda tersebut memberikan saya uang sebanyak Rp. 14.000,00 untuk hasil keringgat saya hari ini, ketika saya menolak uang tersebut, pemuda tersebut marah, dengan berat hati saya terima uang tersebut. setelah itu saya diajak pulang kerumah pemuda tersebut, sesampai dirumah pemuda tersebut saya ditawari minum makan dan beristirahat digubuknya, saya tidak tega makan dirumahny karna saya melihat untuk dirinya sendiri pun tidak cukup. lebih parah lagi rumah pemuda tersebut berdiri diatas aliran got yang tergenang air dan terbuat dari papan-papan yang mulai keropos dan tidak layak untuk ditinggali,
Namun saat saya mau pulang saya tidak sempat pamit kepada pemuda tersebut, dengan seketika saya mencari-cari pemuda itu, dan tidak kunjung ketemu. Dengan berat hati saya melangkah kan kaki kembali kesekretariat PMKRI cab. Palembang dengan membawa uang ditanggan ku sebanyak Rp. 14.000,00.
Satu pesan kehidupan yang saya dapatkan " dalam hati ku bertanya jalan hidup apa yang akan kelak ku jalani, aku bertanya apakah aku sudah melakukan perbuatan yang baik dan perbuatan yang baik apa yang bisa aku lakukan untuk hari ini, esok dan selamanya"
Semoga kisah ini membuat kita lebih peka lagi kepada orang-orang disamping kita...
terimakasih buat kakak-kakak yang sudah memberikan kami sedikit banyak makna hidup yang singkat pada hari ini.

TERIMA KASIH..................................

Pro ecclesia et Patria...!!!!!!!!!!!
                                                                                                                         Tertanda


                                                                                                                    Herman Marpaung




#Pengalaman Ekskursi Sosial MaBim 2012#

            Pengalaman MABIM hari ini sangat luar biasa. kami semua, peserta MABIM mendapat tugas ekskursi sosial. Ada yang ditugaskan menjadi pengamen, pengemis, pemulung, dan tukang parkir. Semua pekerjaan itu dianggap sebagian orang sebagai pekerjaan yang rendah, yang hanya dipandang sebelah mata. Tak jarang para pelaku pekerjaan itu memperoleh perlakuan yang tidak menyenangkan dari mereka yang merasa dirinya lebih ‘tinggi’. Hal ini sangat memprihatinkan kita tidak tahu apa yang menjadi latar belakangnya memilih pekerjaan itu, tetapi kita terkadang hanya bisa men-judge tanpa berusaha memahaminya. Tujuan ekskursi sosial ini adalah agar para peserta MABIM dapat mengetahui dan merasakan sendiri kerasnya perjuangan hidup yang harus dilalui para pelaku pekerjaan tersebut.
            Kebetulan saya mendapat tugas sebagai pengamen. Saya cukup bersyukur karena saya tidak sendiri. Saya bersama mas Agus bbertugas mengamen di daerah BKB (Benteng Kuto Besak). Teman-teman yang lain, Kak Lusi dan Mora sebagai pengamen, Maria dan Yuven sebagai pengemis, Rosa dan Nano sebagai pemulung, dan Herman sebagai tukang parker. Pada pukul 7 pagi, kami semua dilepas dan pergi sendiri menuju lokasi yang telah ditentukan. Awalnya, jujur saja rasa malu tidak dapat dibendung. Serasa semua mata mengarah ke akmi dengan pandang aneh. Tetapi, kami berusaha menepis rasa malu itu dan dengan PD-nya melakoni pekerjaan tersebut :D
            Yang menjadi kendala saya dan Mas Agus adlah pilihan lagu. Tidak ada satupun yang kami ingat dengan baik liriknya –-‘’. Untung sebuah ide cukup cemerlang muncul, kmai memutuskan untuk menyanyikan lagu berjudul “Ayah” dan sasaran kamipun ttertuju pada bapak-bapak yang usianya cukup lanjut. Satu kumpulan bapak-bapak yang kami temui, dengan sedikit rasa ragu kami coba untuk mengamen di hadapan mereka. Baru menyanyikan 3-4 baris, bapak tersebut sudah memberikan uang, rasanya agak gimana gitu, antara bapak itu memang sibuk atau merasa terganggu dengan kehadiran kami, tapi ya sudahlah, kaim tetap mensyukurinya :D. Hasil pertama ngamen Rp 7.000,00 senangnya hatiku :D. Semangat pun semakin menjadi-jadi, tanpa ragu lagi kami segera mendatangi kumpulan orang lainnya. Namun, nasib baik tidak selalu datang, baru sedikit bernyanyi langsung diminta pergi, ya…mau gimana lagi.
            langkah kaki mulai melambat, teriknya sinar matahari dengan cepat menguras energy kami. Akhirnya, kami putuskan untuk beristirahat sambil mencoba mencari lagu lainnya. Ternyata untuk mencari sasaran saja sudah sulit. Di waktu pagi BKB masih sepi sekali, karna tidak mau menyia-nyiakan waktu, kmai putuskan untuk pindah lokasi ke bawah jembatan Ampera. Disana sangat ramai, banyak pedagang kaki lima yang juga sedang mencari nafkah. yang namanya dunia kerja pasti ada persaingan, sama halnya dengan ngamen, belum-belum kami sudah menemui 2 orang pengamen. Kami urung untuk mengamen di sana karena takutnya keberadaan kami akan menggangu mereka bekerja. keliling terus keliling, tak tahu sudah berapa kali kani berputar melewati kantor pos, kantor walikota, BKB, monument, dll. Lagi-lagi kami memutuskan untuk beristirahat.
            Kami ditugaskan sampai pukul 11 siang, karena property yang kami gunakan terbatas, tanpa alat komunikasi,dll, kami tidak tahu ini jam berapa. Kami mencoba untuk menanyakan jam dengan beberapa orang. Namun, apa yang kami terima, mereka seolah acuh tak acuh dengan keberadaan kami. Padahal kami hanya menanyakan waktu saja, tetapi tanggapan mereka sangat mengecewakan. Kami tidak gentar dengan prilaku tersebut, dan kami kembali mencoba.
            kegiatan mengamen kami lanjutkan, kami temui lagi sekumpulan bapak yang sedang sarapan pagi. Sungguh senang hati, melihat respon mereka. Mereka sangat senang dengan nyanyian kami. Ada seorang kakek yang sedang berolahraga pagi meminta kami kembali bernyanyi mengiringinya  menggerakkan tubuh rentanya. Senang sekali rasanya bisa menghibur kakek tersebut. Setelah selesai mengamen di tempat itu, kami lanjutkan perjalanan ke lokasi lain. Tidak lama kemudian, datanglah seorang bapak dengan motor. ternyata bapak tersebut adalah orang yang mendengar kami mengamen tadi. Bapak tersebut mengatakan kepada kami bahwa kakek tersebut menawarkan pekerjaan kepada kami untuk bekerja di rukonya sehingga kami bisa sambil menghibur kakek tersebut dengan nyanyian kami. Kakek tersebut merasa prihatin kepada kmi yang mengamen sehingga ingin membantu kami. Namun, kerena ki tahu ini hanyalah sandiwara, sebisa mungkin kami menolak secara halus. Akhirnya bapak tersebut dapat mengerti dan pergi menggalkan kami.
            Luar biasa sekali peristiwa-peristiwa yang kami alami tersebut. Semua rasa tercampur, mulai dari kesal, kecewa, malu, senang, terharu, semuanya. Memang hasil uang yang kami peroleh tidak seberapa, namun pengalaman ini yang lebih berharga. Pengalaman ini mengajarkan kami untuk tidak gampang menyerah menjalani kehidupan sekeras apapun, janganlah kita memandang rendah seseorang karena keadaan sosial dan ekonomi mereka, karena pada dasarnya kita semua sama... :)


TERIMA KASIH..................................:)

Pro ecclesia et Patria...!!!!!!!!!!!


                                                                
                                                                   Oleh : Theresia Nurmalita (FH Unsri 2012)




2 komentar:

  1. selamat bergabung selamat berproses dek, good story.

    BalasHapus
    Balasan
    1. jangan lupa pula sodorkan proposal dana sama yang diatas ini pasti akan disetujui ,,,hueheheheh,, piece brow gibel,,,

      Hapus