Jumat, 05 Desember 2014
Jumat, 05 April 2013
Keputusan Mandataris RUA/Ketua Presidium/ Formatur Tunggal Nomor: 01/Kep/Mandataris/06/12
PERSONALIA DEWAN PIMPINAN
CABANG
PERHIMPUNAN MAHASISWA
KATOLIK REPUBLIK INDONESIA
CABANG PALEMBANG “SANTO
BEDA YANG TEKUN”
Periode 2012-2013
Ketua Presidium :
Bonifasius Ferdinandus Bangun
Sekretaris Jendral :
Devinta Drawardani
Bendahara :
Venny Elsa P
Presidium Pengembangan
Organisasi : Angela Merrici Kunti
IP
Presedium Pendidikan dan
Kaderisasi : Brigitta Linda Mayasari
Presidium Gerak
Kemasyarakatan : Brigitta Linda
Novrilia
Presidium
Hubungan Perguruan Tinggi : Petrus Agus Wahono
Biro Kesekjenan :
Maria Sandika Putri
Biro Dana dan Usaha :
Luci Teresia Munte
Biro Pengembangan Organisasi : Leonardus Agung Setiawan
Antonia Ratih Hernovina
Irawan Saputra
Biro Pendidikan dan Kaderisasi : Yohanes Bayu Aditya
Margareta Sri L
Fetrik E Simarmata
Yosefh Angga
Biro Gerak Kemasyarakatan : Ardi Krisanto
Nico Natanail Bangun
Cris Yohanes S. Sitinjak
Biro Hubungan Perguruan Tinggi : Gisella
Maria M. S
Bernadine Indriasari
Agustina
BSO Sanbete : Yosefa Adventi
Anggota : Veronica Yeni Astuti
Monica Uli Marbun
Natalia Setyawati
Englis Forlando Silaen
Vincentius Tio Ngesti P
Kamis, 29 November 2012
Celotehan Jiwa
APAKAH BENAR SEBUAH HARAPAN DAN MIMPI ITU BOHONG ADANYA.....!!!!!!!!!
Ini
adalah sebuah perjalanan yang bodoh ketika aku memilih masuk dalam sebuah lubang
vertikal tanpa mengunakan sebuah tali sebagai pengaman dan segelintir alat-alat
Singel Rope Teknik yang wajib dalam sebuah penelusuran lubang vertikal. Dalam pikiran ku hanya
niat dan tekat aku mampu masuk hingga mendapatkan cahaya pengharapa yang telah
ku impi-impikan selama ini, tapi itu semua bodoh dan tindakan gila yang ku
lakukan. Aku melupakan bahwa aku butuh team dan terlebih aku butuh sebuah
pengaman yang bisa membawa ku masuk dan menemukan sebuah cahaya pengaharapan
yang ku impikan selama ini, jangankan sebuah team atau alat pengaman yang aku
lupakan sebuah penerangan pun aku tak punya..
Waw,
sebuah tindakan bodoh dan ceroboh, tapi apa boleh buat aku sekarang telah
sampai setengah dari dalamnya lubang sunyi dan senyap ini, ku nikmati gelap dan
sunyinya suasan dalam lubang ini, seperti hati ku yang dingin senyap dan gelap untuk orang lain.
Ingin rasanya ku kembali kepermukaan apa daya aku bukan seorang pemanjat yang
bisa memanjati dinding gua yang licin dan tajam penuh dengan ornamen yang indah
dan menyakitkan, ada pernah ku berpikir tuk terus masuk hingga ku temukan
sebuah bottom pengharapan dengan setitik cahaya yang indah yang menyinari hati
dan pikiran ku hingga ku dapatkan pengharapan yang ku inginkan, tapi itu tak
mungkin ku lakukan tanpa sebuah pengaman untuk turun kedasar sana, walaupun ku
tau disana ada SAM pengharapan yang ku cari.
Hingga
saat ini ku hanya bisa berdiam diri dan tetap menunggu sebuah keajaiban datang
pada ku, dalam rupa seorang caver yang masuk dan membawa ku ke Bottom yang ku
tujuh, tapi sampai sekarang keajaiban itu tak kunjung datang, dan ku pun mulai
putus asa menunggu sebuah harapan yang tak kunjung datang. Hari demi hari
minggu demi minggu bulan demi bulan hingga tahun pun terlewati harapan seorang
caver datang pun tak kunjung ada, bekal ku semakin menipis dan sumber air pun
ku maafkan dari rembesan air ujan dari selah-selah batuaan dalam lubang gelap ini,
sesekali aku pun melihat kebawah apakah mungkin aku bisa sampai disana...?????
hati ku pun menjawab bisa jika kau mau melakukannya, dan disisi lain aku takut
akan ketinggin dan gelap sesekali ketakutan itu mengantui ku, hingga sampai
sekarang aku terjebak dalam lubang gelap tak bercahaya lagi dan aku pun mulai
lupa bagai mana rupa ku, rupa keluarga ku, rupa teman-teman ku dan rupa dia
yang ada dihati ku.
Semuanya
ini tak akan pernah berakhir jika aku terus menunggu yang tak jelas mungkin
prinsip hidup ku harus diruba bukan mimpi yang harus kita tunggu tapi mimpi
hanya lah mimpi dan kita lah lakon yang harus mengejar dan mencarinya bukan
untuk menunggu dan terus menunggu. Jiwa hati pikiran dan raga ku tak senggup
untuk menunggu dan terus menunggu ini saatnya ku berlari dan secara perlahan
keselusuri lubang gelap ini hanya dengan seutas akar, hingga aku harus merayap
turun genting hingga jatuh dan terguling diantar ornamen-ornamen gua yang keras
dan tajam melukai hati ku. Hingga aku terus masuk di tengah gelap dan sunyinya
malam. mari langkahkan kaki mu teman dan ngapai lah apa yang kamu inginkan,
sebab tanpa pengaman dan sebuah cahaya kita masi bisa berjalan karena pengaman
yang paling baik adalah diri kita sendiri dan penerangan yang paling terang
adalah mata dan hati kita sendiri. Jangan kira kita tak mampun tapi yakin
lah bahwa kiata mampu...
Mari
kita bukti kan teman bahwa sibuta dan si bodoh bisa juga mengapai cahaya dalam
hidupnya, hari ini atau besok. Jangan takut akan gelapnya hidup, kerasnya hidup,
sunyinya hidup, dan tanjamnya hidup mu, tapi nikmati lah setiap sunyinya malam
gelap, perihnya luka dan tajamnya kata-kata dalam setiap langkah hidup mu,
sebab semuanya adalah kenangan yang indah pada saatnya....
“Semuanya berawal dari diri
sendiri dan berakhri pada diri kita sendiri”
Gelap
dan sunyi itu indah, jangan takut akan gelap sebab dalam gelap dan kesunyiaan
terdapat jutaan keindahan yang tersembuyi, carilah hingga kita temukan satu
keindah dari jutaan keindahan dalam gelap dan sunyinya hidup kita, sebab satu
yang mewakili jutaan keindahan dalam setiap kehidup kita.
Semuanya
kan berakhir indah jika awal dan akhir telah dijalankan dengan sempurna, dan
biarkan Yang Mahakuasa mengoreskan kuasnya hingga membentuk pelangi dalam hati
kita semua.. amin
ttd
Bonie Raja jahil
"Ekskrusi sosial"
# Kehidupan di Parkir kecil #
Berawal dari pagi yang begitu indah, ditemani dengan aktivitas memasak dan senam pagi. tanpa mandi pagi saya mulai melaksanakan tugas. setelah sarapan pagi saya mulai melakukan kegitan kami, satu persatu kami dipanggil dan diberi tugas yang berbeda dan dilakukan ditempat yang berbeda juga. kegiatan kali ini saya mendapatkan pekerjaan menjadi juru parkir dan lengkap dengan pakaian yang begitu layak menjadi seorang tukang parkir.
Tanpa basa-basi, saya berangkat dengan tekat dan harapa bisa mendapatkan uang dari pekerjaan saya ini. saya pergi berjalan sendiri menuju Pajak (pasar) dimana saya akan berkerja sebagai juru parkir, pajak yang belum pernah saya kenal dan kunjungi selama saya berkuliah di Universitas Sriwijaya, nama pajak ini ialah Pasar 26 Ilir bertempat di Kota Palembang kecamatan IB satu.
Sesaat saya mulai berkerja menjadi juru parkir, dan hendak meminta bayaran kepada seorang atas jasa parkirnya, seketika itu pula saya mendapat ancaman dari seorang pemuda, yang merasa lahan parkirnya saya ambil, dengan tenang hati, saya menjelaskan dan sekaligus melobi pemuda tersebut untuk memperbolehkan saya berkerja dilahan parkirnya. Ternyata Pemuda itu malah tambah marah kepada saya, dan ia langsung mengusir saya dari lahan parkir.
Saya pun pergi dan mencari lahan parkir yang lain, dengan tidak mengulangi kesalahan saya tadi, maka dengan rendah hati saya memohon dan meminta izin kepada juru parkir dilahan yang lain, dan lagi-lagi saya ditolak dan dicaci maki, karena saya terlalu memaksa orang tersebut menerima saya menjadi juru parkir ditempat itu. Merasa saya selalu ditolak dilahan parkir motor, saya pun beralih ke lahan parkir mobil dan ternyata dikali ketiganya saya masih saja ditolak dan dicaci maki oleh juru parkir.. Dalam hati ku sangat lah kesal dan mencaci maki mereka atas penghinaan kepada ku, tak tau kah mereka aku ini seorang mahasiswa bukan lah gembel atau orang miskin. tapi saya ingat pesan ketua Presidium ku bahwa lepaskan dulu identitas mu, dan masuk lah kedalam kehidupan sosial dipekerjaan mu itu, kata-kata itu membuat ku bersemagat lagi...:)
Tanpa lelah saya kembali mencoba untuk meminta kepada juru parkir yang lain, agar saya diperbolehkan berkeja membantunya selama 30 menit menjadi juru parkir, dan lagi-lagi saya ditolak, entah sudah berapa banyak juru parkir yang menolak saya. Alasan mereka menolak saya, karna hari ini pengunjung pasar 26 ini sepi, pada hal kenyataannya lumayan rame, saya pun mulai kebingungan karena tidak tau harus kemana lagi saya mencari lahan parkir yang meneri saya berkerja. seketika mata ku tertujuh kepada seorang pemuda yang menjadi juru parkir disana, hati ku berkata dia sepertinya baik dan mungkin bisa menerima saya menjadi juru parkir, dengan ilmu lobi yang saya dapatkan semalam, maka dengan percaya diri saya memperkenalkan diri dan menawarkan diri membantu pemuda itu untuk jadi juru parkir motor satu lahan kecil dipasar 26 ilir, dan pemuda itu menerima saya untuk membantunya.
sebelum kami berkerja pemuda tersebut, mengatakan " jangan berharap banyak atas pekerjaan ini karena hasilnya tidak lah terlalu banyak" setelah itu kami pun mulai berkerja. Dengan hati yang gembira dan semagat 45 saya berkerja dengan ulet dan teliti dibawah teriknya matahari pagi. sekitar satu jam saya berkerja saya bisa mengumpulkan uang sebesar Rp. 30.000,00, dan parkir pun mulai sepi, melihat hal tersebut seluruh uang yang saya dapatkan saya berikan kepada pemuda tersebut.
Tiba-tiba ada seorang ibu yang berjualan sayuran mengajak saya berbincang-bincang, ibu itu menayakan identitas, asal,dimana saya tinggal dan perkerjaan saya apa, dan lain-lain yang banyak ibu itu tanyakan pada saya. Untuk menutupi identitas saya, maka saya berbohon pada ibu itu, bahwa saya tidak punya keluarga, tempat tinggal, dan berkerja yang tidak tetap, kadang-kadang ngamen, parkir bahkan menjadi pemulung itu yang saya kata kan pada ibu tersebut. Mungkin ibu penjual sayuran tersebut tersentuh mendengar kisah hidup saya, sehingga ibu tersebut menawarkan saya berkerja ditempat saudaranya dan bisa tinggal sementara di rumahny. Mendengar tawaran ibu tersebut, hati ku merasa tersentuh, ternyata masih ada yang peduli dengan orang disampingnya, tapi mengapa hanya segelintir orang dan bukan semua orang atau pun para pejabat mau pun kalangan orang-orang beruang, ini hal yang ku tangkap dan menjadi bahan pedoman ku untuk menjalin hidup ku kedepan nanti.
tiga jam berlalu saya menjadi juru parkir, dengan tambahan uang yang saya dapatkan dan melihat hari mulai siang dan para pengunjung pasar 26 ilir pun sepi. saya memberikan hasil parkir saya kepada pemuda tersebut, dan tanpa saya sadari pemuda tersebut memberikan saya uang sebanyak Rp. 14.000,00 untuk hasil keringgat saya hari ini, ketika saya menolak uang tersebut, pemuda tersebut marah, dengan berat hati saya terima uang tersebut. setelah itu saya diajak pulang kerumah pemuda tersebut, sesampai dirumah pemuda tersebut saya ditawari minum makan dan beristirahat digubuknya, saya tidak tega makan dirumahny karna saya melihat untuk dirinya sendiri pun tidak cukup. lebih parah lagi rumah pemuda tersebut berdiri diatas aliran got yang tergenang air dan terbuat dari papan-papan yang mulai keropos dan tidak layak untuk ditinggali,
Namun saat saya mau pulang saya tidak sempat pamit kepada pemuda tersebut, dengan seketika saya mencari-cari pemuda itu, dan tidak kunjung ketemu. Dengan berat hati saya melangkah kan kaki kembali kesekretariat PMKRI cab. Palembang dengan membawa uang ditanggan ku sebanyak Rp. 14.000,00.
Satu pesan kehidupan yang saya dapatkan " dalam hati ku bertanya jalan hidup apa yang akan kelak ku jalani, aku bertanya apakah aku sudah melakukan perbuatan yang baik dan perbuatan yang baik apa yang bisa aku lakukan untuk hari ini, esok dan selamanya"
Semoga kisah ini membuat kita lebih peka lagi kepada orang-orang disamping kita...
terimakasih buat kakak-kakak yang sudah memberikan kami sedikit banyak makna hidup yang singkat pada hari ini.
TERIMA KASIH..................................
Pro ecclesia et Patria...!!!!!!!!!!!
Tertanda
Herman Marpaung
Pengalaman
MABIM hari ini sangat luar biasa. kami semua, peserta MABIM mendapat tugas
ekskursi sosial. Ada yang ditugaskan menjadi pengamen, pengemis, pemulung, dan
tukang parkir. Semua pekerjaan itu dianggap sebagian orang sebagai pekerjaan
yang rendah, yang hanya dipandang sebelah mata. Tak jarang para pelaku
pekerjaan itu memperoleh perlakuan yang tidak menyenangkan dari mereka yang
merasa dirinya lebih ‘tinggi’. Hal ini sangat memprihatinkan kita tidak tahu
apa yang menjadi latar belakangnya memilih pekerjaan itu, tetapi kita terkadang
hanya bisa men-judge tanpa berusaha
memahaminya. Tujuan ekskursi sosial ini adalah agar para peserta MABIM dapat
mengetahui dan merasakan sendiri kerasnya perjuangan hidup yang harus dilalui
para pelaku pekerjaan tersebut.
Kebetulan
saya mendapat tugas sebagai pengamen. Saya cukup bersyukur karena saya tidak
sendiri. Saya bersama mas Agus bbertugas mengamen di daerah BKB (Benteng Kuto
Besak). Teman-teman yang lain, Kak Lusi dan Mora sebagai pengamen, Maria dan
Yuven sebagai pengemis, Rosa dan Nano sebagai pemulung, dan Herman sebagai
tukang parker. Pada pukul 7 pagi, kami semua dilepas dan pergi sendiri menuju
lokasi yang telah ditentukan. Awalnya, jujur saja rasa malu tidak dapat
dibendung. Serasa semua mata mengarah ke akmi dengan pandang aneh. Tetapi, kami
berusaha menepis rasa malu itu dan dengan PD-nya melakoni pekerjaan tersebut :D
Yang
menjadi kendala saya dan Mas Agus adlah pilihan lagu. Tidak ada satupun yang
kami ingat dengan baik liriknya –-‘’. Untung sebuah ide cukup cemerlang muncul,
kmai memutuskan untuk menyanyikan lagu berjudul “Ayah” dan sasaran kamipun
ttertuju pada bapak-bapak yang usianya cukup lanjut. Satu kumpulan bapak-bapak
yang kami temui, dengan sedikit rasa ragu kami coba untuk mengamen di hadapan
mereka. Baru menyanyikan 3-4 baris, bapak tersebut sudah memberikan uang,
rasanya agak gimana gitu, antara bapak itu memang sibuk atau merasa terganggu
dengan kehadiran kami, tapi ya sudahlah, kaim tetap mensyukurinya :D. Hasil
pertama ngamen Rp 7.000,00 senangnya hatiku :D. Semangat pun semakin
menjadi-jadi, tanpa ragu lagi kami segera mendatangi kumpulan orang lainnya.
Namun, nasib baik tidak selalu datang, baru sedikit bernyanyi langsung diminta
pergi, ya…mau gimana lagi.
langkah
kaki mulai melambat, teriknya sinar matahari dengan cepat menguras energy kami.
Akhirnya, kami putuskan untuk beristirahat sambil mencoba mencari lagu lainnya.
Ternyata untuk mencari sasaran saja sudah sulit. Di waktu pagi BKB masih sepi
sekali, karna tidak mau menyia-nyiakan waktu, kmai putuskan untuk pindah lokasi
ke bawah jembatan Ampera. Disana sangat ramai, banyak pedagang kaki lima yang
juga sedang mencari nafkah. yang namanya dunia kerja pasti ada persaingan, sama
halnya dengan ngamen, belum-belum kami sudah menemui 2 orang pengamen. Kami
urung untuk mengamen di sana karena takutnya keberadaan kami akan menggangu
mereka bekerja. keliling terus keliling, tak tahu sudah berapa kali kani berputar
melewati kantor pos, kantor walikota, BKB, monument, dll. Lagi-lagi kami
memutuskan untuk beristirahat.
Kami
ditugaskan sampai pukul 11 siang, karena property yang kami gunakan terbatas,
tanpa alat komunikasi,dll, kami tidak tahu ini jam berapa. Kami mencoba untuk
menanyakan jam dengan beberapa orang. Namun, apa yang kami terima, mereka
seolah acuh tak acuh dengan keberadaan kami. Padahal kami hanya menanyakan
waktu saja, tetapi tanggapan mereka sangat mengecewakan. Kami tidak gentar
dengan prilaku tersebut, dan kami kembali mencoba.
kegiatan
mengamen kami lanjutkan, kami temui lagi sekumpulan bapak yang sedang sarapan
pagi. Sungguh senang hati, melihat respon mereka. Mereka sangat senang dengan
nyanyian kami. Ada seorang kakek yang sedang berolahraga pagi meminta kami
kembali bernyanyi mengiringinya
menggerakkan tubuh rentanya. Senang sekali rasanya bisa menghibur kakek
tersebut. Setelah selesai mengamen di tempat itu, kami lanjutkan perjalanan ke
lokasi lain. Tidak lama kemudian, datanglah seorang bapak dengan motor.
ternyata bapak tersebut adalah orang yang mendengar kami mengamen tadi. Bapak
tersebut mengatakan kepada kami bahwa kakek tersebut menawarkan pekerjaan
kepada kami untuk bekerja di rukonya sehingga kami bisa sambil menghibur kakek
tersebut dengan nyanyian kami. Kakek tersebut merasa prihatin kepada kmi yang
mengamen sehingga ingin membantu kami. Namun, kerena ki tahu ini hanyalah
sandiwara, sebisa mungkin kami menolak secara halus. Akhirnya bapak tersebut
dapat mengerti dan pergi menggalkan kami.
Luar
biasa sekali peristiwa-peristiwa yang kami alami tersebut. Semua rasa
tercampur, mulai dari kesal, kecewa, malu, senang, terharu, semuanya. Memang
hasil uang yang kami peroleh tidak seberapa, namun pengalaman ini yang lebih
berharga. Pengalaman ini mengajarkan kami untuk tidak
gampang menyerah menjalani kehidupan sekeras apapun, janganlah kita memandang
rendah seseorang karena keadaan sosial dan ekonomi mereka, karena pada dasarnya
kita semua sama... :)
TERIMA KASIH..................................:)
Pro ecclesia et Patria...!!!!!!!!!!!
Oleh : Theresia Nurmalita (FH Unsri 2012)
Langganan:
Postingan (Atom)